Selamat Datang di "Coba Bercerita, Yuk!" Ada banyak makna di balik cerita, maka berceritalah melalui tulisan!

Minggu, 15 Mei 2011

Artikel : Skenario yang "eye catching"

Di ambil dari : Diskusi Fiksi. Menulis Fiksi. Membaca Fiksi (Universal Nikko+mayokO aikO)

Dear Cendolers….

“Skenario yang eye catching” yang saya maksudkan adalah skenario yang menarik perhatian produser. Sedikit berbeda dengan penerbitan naskah di penerbit, produser di Indonesia memiliki otoritas penuh untuk eksekusi apakah satu skenario akan diproduksi atau tidak.

Pasti banyak di antara Cendolers, penulis skenario yang memiliki skenario dan ingin menjualnya ke PH atau produser. Bahkan sudah mengirimkannya sampai berbendel-bendel, tapi tak ada respon selama berbulan-bulan dan nasibnya tidak jelas. Percayalah, yang mengalami hal itu tidak satu dua, tapi sangat banyak. Kenapa? Jawabnya karena skenario tidak “eye catching”.

Jangankan untuk skenario dari penulis di luar PH, skenario dari penulis-penulis tetap yang sudah punya kontrak pun, banyak yang nasibnya tidak jelas. Lagi-lagi masalah “eye catching”.

Bayangkan saja, ketika seorang produser menerima tumpukan skenario yang bejibun, dia akan bolak-balik dulu. Pilih-pilih. Apa aturan pilihannya? Tidak jelas. Sangat personal. Kadang-kadang dilihat dari penulisnya, kadang judulnya, kadang endingnya, kadang synopsis, kadang list character, dll.

Jadi, point-point yang harus kita siapkan agar skenario “eye catching” di mata produser, adalah sebagai berikut.

1. Judul yang menarik dan menjual; positif, segmented, sedang trend.

2. Opening yang sesuai; kalau sedih ya bikin nangis, kalau komedi langsung bikin tertawa, masalah dan pelakunya jelas.

3. Dialog natural, ada intonasi, ada lagu, ada ritme, sesuai karakter.

4. Karakter yang unik, ada ciri khusus yang menonjol sejak awal.

5. Ending yang menggelitik dan surprise.

6. Skenario memiliki nilai jual dan sesuai dengan haluan PH atau produser.

7. Penulis memiliki nilai positif dan branding “rating” atau “box office” di mata produser (ini berlaku bagi penulis-penulis yang sudah kontrak tetap di PH tersebut).

8. Sesuai dengan trend.

9. Format penulisan sederhana, mudah dibaca. Ini terutama bagi mereka yang tidak menggunakan final draft. Termasuk synopsis dan character list.

10. Tidak banyak salah ketik. Penggunaan istilah-istilah secara tepat.

Nah, itulah point-point yang membuat skenario “eye catching” di depan produser. Meskipun, pada kenyataannya hubungan baik dan solid antara penulis dan produser ikut berpengaruh, tapi dalam industry semua tetap berbalik pada keuntungan berdasarkan rating dan box office.

Oke, Cendolers; mari kita mulai diskusinya!

= = = = = = = = = =

Ari Kinoysan Wulandari; script editor Multivision Plus, Jakarta, 2003-2007; script writer Soraya Intercine Film, Jakarta, 2007 hingga sekarang. Menulis pedoman praktis “Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!”

2 komentar:

  1. setuju gan cuma ane kadang salh ketik maklum sebagai blogging pemula

    BalasHapus
  2. iya, aku juga msih belajar nih...mau belajar semua yang berhubungan dengan penulisan :D

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentarnya....