Selamat Datang di "Coba Bercerita, Yuk!" Ada banyak makna di balik cerita, maka berceritalah melalui tulisan!

Kamis, 03 November 2011

Cerita Mereka : Bisakah Saya Menjadi Penulis?

Dari sebuah buku saya bisa melihat dunia.
Dari membaca sebuah buku saya bisa menggapai bulan.
Dari menulis sebuah buku saya dapat memperkaya jiwa.
Mungin ini quote yang sedikit berlebihan, karena saya belum menerbitkan buku solo, masih sebatas antologi. Setidaknya antologi pun saya dapat memperkaya jiwa. Bagaimana tidak? Kita bisa mengetahui segala macam dunia dengan kekhasannya melalui buku. Bagai menggapai bulan saat membaca, karena banyaknya makna yang terkandung. Dan dengan menulis saya tidak merasa kesepian. Betapa kayanya jiwa saya. Saya bebas berimajinasi tanpa ada yang melarang. Paling hanya terbatas pada pakem-pakem tertentu. Seperti tidak mengandung SARA, pornografi, pornoaksi. Selain itu? Mari liarkan tangan untuk menari di atas kertas.
“Jika kamu suka tulisan saya, saya memang menulis untuk kamu. Jika kamu tidak suka tulisan saya, maaf! Saya menulis memang bukan untuk kamu!” Lagi-lagi quote itu saya ambil dari penulis senior Mas Putra Gara. Ya, quote itu sangatlah saya.
Setiap tulisan selalu punya pembaca dengan selera masing-masing. Si A mungkin jatuh cinta dengan tulisan Si B, tapi belum tentu dengan Si C, Si D dan seterusnya. Bisakah selera itu dipaksakan? Edan, menurut saya. Mungkin lisan bisa berkata, “Saya suka tulisan kamu.” Bagaimana dengan batin? Hhhmmm, jangan menipu diri sendiri, ah!
Menulis sesuka hati, mengikuti alir. Itu yang saya suka. Kadang saya menjadi apatis jika sedang menulis. Seperti kesurupan, bisa berjam-jam di depan laptop. Bahkan setelah tulisan itupun jadi. Selain itu apatis dengan tidak peduli orang mengatakan tulisan saya bagus atau jelek. Selagi kritikan itu membuat saya maju dengan tidak melemahkan dan menjatuhkan saya, akan saya terima. Tapi jika kritikan itu sudah sampai manjatuhkan atau bukan lagi mengkritik tulisannya tetapi lebih ke mengkritik orangnya, hhmmm. Stop! Jauh-jauhlah dari saya! Saya punya banyak guru yang mengkritik tulisan saya dari sisi yang postif.
Sombong? Boleh, dong! Itu cara saya meningkatkan kepercayaan diri. Membangun image sebagai penulis hebat. Meskipun seujung kuku juga belum. Tapi dengan kepercayaan diri yang tinggi setidaknya saya bisa lebih mendekatkan diri pada senior dengan menggali ilmu mereka. Lagi pula modal utama penulis percaya diri, bukan? Saya pikir bukan hanya penulis, semua profesi pasti menuntut percaya diri yang tinggi. Bagaimana bisa membawa karya atau perusahaan kalau orang yang bersangkutan rendah diri dan malu menunjukkan apa yang dia miliki dan dia kerjakan. Masuk akal?
So? Menulislah, jangan ragu untuk ungkapkan apa yang dirasa. Sesungguhnya sejak dulu kita memang terbiasa menulis. Menulis update status di Facebook, Twiter, Plurk, ngetik sms dan lain-lain. Hanya saja “menulis” ini lebih difokuskan apa yang ingin kita tulis. Poles-poles sedikit dengan kata-kata indah, beri bumbu imajinasi, khayalan, pesona, menarik dan mudah dibaca. Hasilnya? Taaarrraaa, kamu pun akan keget melihatnya. Lalu, bisakah saya menjadi penulis?
Salam, Bekasi’11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentarnya....