Assalamualaikum
dan selamat pagi Cendolers……(Jacob banguuuunnnnnn!!! Bunda, Mbak Divin, Kilan,
Mbak Wiwik, ayoo kita sarapan....)
“Orang bijak harus menganggap kesehatan sebagai rahmat terbesar
untuk manusia dan belajar bagaimana caranya mengambil hikmah dari penyakitnya.”
(HIPPOCRATES)
Jumpa lagi dengan BUNDER (BUNDa doktER Tietie Surya) dan BAKER
(mBAK apotekER Dyani T. Wardhyni). Hari ini Selasa, 05 Juli 2011, Bunder Baker
akan membahas tentang “Penggunaan Obat yang Rasional, Pemilihan Obat dan
Permasalahannya.”
Cendolers, sering mengkonsumsi obat? Banyak yang mengeluh sedang
sakit dan meminta obat, baik datang langsung ke Apotek ataupun berobat ke
Dokter. Padahal, kita semua tahu bahwa obat itu adalah racun, jika di konsumsi
tidak sesuai dengan dosisnya. Kalau hanya pusing-pusing sedikit, influenza
tidak perlu langsung meminum obat, asalkan istirahat yang cukup dan hidup sehat
penyakit pun bisa langsung kabur.
Mari kita mulai saja, bagaimana cara memilih obat yang tepat
indikasi, tepat dosis, kecocokan, kepraktisan dan biaya. Yuukkk mariiii….
Ada beberapa terapi yang dapat pasien pilih apabila mengalami
gangguan kesehatan. Dari mulai pemberian obat, pembedahan, psikiatrik, radiasi,
konseling, pendidikan kesehatan, dan bahkan tanpa terapi.
Cendolers yang terbiasa mendatangi Apotek sebelum merasa perlu
mendatangi dokter, sebaiknya manfaatkan tenaga kesehatan yang ada di Apotek.
Biasanya mereka yang datang ke Apotek hanya punya satu tujuan yaitu membeli
obat. Tetapi betapa ruginya jika Cendolers datang hanya untuk membeli obat.
Tidak ada bedanya dengan membeli obat di warung. Carilah Apoteker untuk
berkonsultasi mengenai penyakit yang kalian rasakan. Biasanya mereka akan
memberikan beberapa alternatif pengobatan dan mengeluarkan semua jenis obat
yang sesuai dengan keluhan Cendolers. Saat inilah Cendolers berhak memilih
dengan berbagai pertimbangan, misalnya pertimbangan biaya, atau bisa jadi
Apoteker justru langsung menyarankan untuk tindak lanjut pengobatan seperti
menemui Dokter. Semua ini karena didasari dari keinginan mau berkonsultasi pada
Apoteker saat datang ke Apotek. Banyak keuntungan bisa didapat, kan?
Tahukah Cendolers? Penggunaan obat yang tidak rasional adalah
masalah besar di seluruh dunia. Bahkan WHO memperkirakan lebih dari setengah
dari semua obat yang diresepkan, dibagikan atau dijual secara tidak tepat, dan
setengah dari seluruh pasien tidak mengkonsumsi obat dengan benar. Penggunaan
obat secara berlebihan, kurang atau tidak tepat menghasilkan pemborosan sumber
daya dan bahaya kesehatan. Contoh penggunaan obat secara tidak rasional dapat
Cendolers lihat dari penggunaan terlalu banyak obat per pasien (poli farmasi),
penggunaan antimikroba (antibiotik) yang tidak tepat dan sering dengan dosis
yang tidak cukup, untuk infeksi non-bakteri, penggunaan berlebihan suntikan
ketika formulasi oral lebih tepat, pengobatan sendiri yang tidak tepat untuk
obat yang hanya dapat dibeli dengan resep dokter, tidak patuh pada batasan
dosis.
Ada
beberapa hal yang dapat Cendolers lihat ketika berobat ke Dokter, menerima
resep dan pergi ke Apotek, antara lain :
- Peresepan Boros (Extravagant)
Peresepan
dengan obat-obat yang lebih mahal padahal ada alternatif yang lebih murah
dengan manfaat dan keamanan yang sama. Jadi Cendolers jangan gengsi untuk
meminum obat Generik atau meminta dokter menuliskan obat Generik, hanya karena
harganya jauh lebih murah.
- Peresepan dengan obat-obat yang sebenarnya tidak diperlukan
Contoh :
Pemberian Infus pada pasien yang masuk IGD ( Instalasi Gawat Darurat) padahal
belum tentu mengetahui kekurangan cairan tubuh. Sekali lagi, Cendolers boleh
cerewet dengan menanyakan apa memang diperlukan? Lagipula sakit juga kalau di
tusuk-tusuuk.
- Peresepan Kurang (Under Prescribing)
Bila obat
yang justru diperlukan tidak diresepkan. Hal ini dapat di konsultasikan oleh
Dokter saat berobat. Tidak ada salahnya jika kita sebagai pasien lebih kritis,
dengan bertanya obat apa saja yang sudah diberikan dan untuk penyakit apa. Ini
juga bisa ditanyakan kepada Apoteker saat menebus obat. Bisa juga dosis obat
yang diberikan tidak cukup. Contoh : Amoxicilin 250 mg untuk Dewasa seharusnya
diberikan Amoxicilin 500 mg.
- Peresepan Majemuk (Multiple Prescribing)
Pemakaian
dua atau lebih kombinasi obat padahal cukup diberikan obat tunggal saja.
Lagi-lagi ini bisa di konsultasikan saat Dokter menuliskan resep dan saat
menebus obat. Tanyakan indikasi tiap obat-obat yang dituliskan. Apa ada
kesamaan indikasinya?
Contoh :
Pada pasien anak diberikan obat untuk Batuk dan Pilek, padahal pasien anak
tersebut hanya menderita batuk atau pilek saja.
Beberapa
Penyebab terjadinya Irasional dalam Terapi :
- Kurangnya pengetahuan pada tenaga profesional kesehatan (dokter, apoteker, paramedis) atau kesadaran masyarakat sebagai konsumen.
- Kurangnya komunikasi antara profesional kesehatan dengan pasien.
- Konsepsi yang salah tentang obat.
- Komplain pasien Indonesia yang umumnya sangat rendah.
- Regulasi yang kurang mendukung. Misalnya, ada obat yang tidak efektif dan tidak aman tetap diizinkan beredar.
Contoh
Konsepsi tentang Obat yang Salah :
- Obat dagang lebih efektif dan aman dibandingkan obat generik.
- Obat baru selalu lebih baik dibandingkan obat yang telah lama digunakan, apalagi kalau obat impor.
- Kombinasi obat ditujukan untuk pengobatan yang lebih simpel.
- Obat dengan harga mahal lebih efektif.
Kesimpulan
dan sedikit berbagi. Apa yang harus Cendolers lakukan jika mengalami sakit dan
memilih berobat ke dokter, mendapatkan resep dan menebus obat di Apotek :
- Ceritakan semua keluhan yang dirasakan Cendolers. Jangan malu untuk bercerita. Dokter bukan peramal yang bisa tahu semuanya kalau pasien tidak cerita. Jangan lupa ceritakan hal-hal penting yang harus dokter ketahui. Misalnya tentang alergi yang diderita oleh Cendolers, khususnya alergi obat antibiotik atau obat apapun. Jangan anggap remeh masalah ini. Seandainya lalai, dokter tidak mengetahui alergi yang pasien rasakan, kemudian diresepkan, akan berdampak fatal bahkan kematian. Lalu ceritakan juga jika Cendolers memang masih harus bekerja, misalnya mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin. Dokter akan memberikan alternatif obat yang tidak menyebabkan kantuk. Jika Cendolers memiliki riwayat ginjal, lambung yang parah juga ceritakan. Apalagi kalau dokter tidak punya rekam medik kita.
- Saat dokter mulai menuliskan resep, tanyakan obat apa saja yang ditulis. Seuaikah dengan penyakit kita. Jika keadaan keuangan tidak memungkinkan mendapatkan obat-obat yang mahal, jangan malu meminta dituliskan obat generik saja. Toh obat generik sama saja dengan obat merk dagang.
- Sudah mengantongi resep lalu menebus obat di Apotek. Tanyakan obat apa saja yang dituliskan. Jangan lupa indikasi masing-masing obat dan efek sampingnya. Jika obat harus diracik pastikan obat yang diracik itu apa saja (minta tunjukan) ini semua untuk menghindari penggantian obat secara sepihak. Pastikan obat yang memang segel harus dibuka untuk menambahkan obat lain atau dry syrup (untuk antibiotik). Jangan menyalahkan bila segel rusak, karena siapa tahu ada peracikan. Karena itu pastikan tiap detail obat yang diresepkan.
- Setelah obat diterima, mintalah copy resep. Ini memudahkan juga jika obat tiba-tiba hilang.
- Periksa tanggal kadaluarsa obat dan kode produksi obat.
- Perhatikan cara pemakaian dan penyimpanan. Apakah obat tersebut harus disimpan di lemari pendingin atau tidak. Karena tidak semua obat wajib disimpan di lemari pendingin.
- Mintalah bertemu Apoteker untuk menjelaskan obat yang digunakan. Baik cara pakainya, penyimpanan dan dosis.
Ingat, Cendolers. Keaktifan dan kesadaran pasien dapat membantu
mempercepat penyembuhan, lho…. :)
Ternyata pepatah malu bertanya sesat di jalan, itu benar. Tanyakan
apapun yang dirasa mengganjal Cendolers saat berobat atau pergi ke Apotek.
Setiap pasien punya hak yang sama untuk membuat dirinya kembali sehat, tanpa
merasa dibohongi oleh tenaga profesional kesehatan.
*Oia, Bunda Dokter Tietie Surya sedang bertugas melayani pasien,
bahkan sedang liburan di Jakarta, eh, salah Bekasi sekalipun dan nanti siang
aku juga mau bertugas dulu mengantarkan Geng Surabaya (Jacob Julian dan mbak
Wiwik Hafidzoh) ke Stasiun Jatinegara. Klinik kembali sepi setelah Geng Cirebon
(Ceu Nimas, yang masih meninggalkan Kilan buat beberes Klinik), Geng Semarang
(Richa Miskiya), Geng Bandung (Aa Ceko Spy, kang Ricky dan Suhe Herman), Geng
Bekasi (Mpok Nisa) dan akan menyusul Geng Tangerang (Mbak Divin).
Hiks….hiks…Dan sebenarnya masih ada satu tamu yang diharapkan hadir yaitu Geng
Aceh (Bang Pilo)….Cepatlah datang…..
Wassalam,
Bunder
Baker yang cantik, baik hati dan tidak sombong
Tietie
Surya dan Dyani T. Wardhyni
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentarnya....