Selamat Datang di "Coba Bercerita, Yuk!" Ada banyak makna di balik cerita, maka berceritalah melalui tulisan!

Jumat, 29 April 2011

Cerpen : Tentang Aku dan Mereka (Vers. 1)

Oleh : DyneTri

Salahku bila dia mati? Tidak! Dia yang tidak seberuntung aku, dia yang bodoh tidak bisa menunggu aku lebih lama lagi. Seharusnya dia bisa bersabar sampai aku datang membawa satu paket putaw yang diinginkan. Pasti sangat tidak menyenangkan merasakan sakau. Syukurlah bukan aku yang mati, dengan begitu barang yang baru saja aku beli bisa aku gunakan sendiri tanpa berbagi.
Malam kematiannya aku tertawa menahan tangis. Apa yang sedang terjadi? Seisi kamar seakan menyalahkanku. Dia mati karena aku! Aku yang mengajaknya pada duniaku. Sudahlah, toh aku tidak bertanggung jawab pada siapapun, bahkan kedua orangtuaku tidak peduli dan yang terpenting dia tidak pernah tahu anaknya mati karena apa.
Semakin lama aku semakin gila. Gila karena barang itu. Aku bergaul dengan orang-orang yang juga gila, aku menyebutnya seperti itu. Setiap hari hanya mabuk-mabukan. Tidak pernah lelah bertahan, mencoba untuk hidup keesokan harinya. Menjual barang-barang yang aku miliki hanya untuk memperoleh beberapa gram putaw, shabu dan ganja. Kosong sudah kamar ini, aku tidak peduli, kucuran dana ke rekening habis untuk pesta-pesta tiap malamnya. Kuliahku berantakan dan kupastikan masa depan akupun hancur. Lagi-lagi aku tidak peduli. Nikmatnya putaw tidak bisa menggantikan apapun.
Dengan setengah sadar aku terbangun, sesosok pria masuk tanpa pakaian ke dalam kamar. Dia pacarku, orang yang menemani pesta semalam suntuk yang berakhir di atas kasur. Aku lupa sudah berapa lama aku merayakan pesta dengannya. Yang aku ingat dengan jelas berawal sejak kakakku mati lebih dulu karena over dosis.
Jarum suntik di atas meja memanggilku untuk melakukannya lagi. Aku lelah. Tapi tidak berdaya. Hanya barang dan laki-laki itu yang mengerti. Terlena setiap hari pada dunia sendiri. Tanpa kusadari tubuh yang dulu sedikit berisi kini tinggal tulang belulang, mataku celong, rambutku kusam, kulitku kering, aku jelek sekali! Aku seperti monster! Tetapi pacarku tetap setia, menikmati putaw bersama tubuh yang seperti kain lusuh ini. Kamar yang penuh muntah kami berdua kian hari kian tajam baunya. Malam hari kami hidup dan pada pagi harinya kami terkapar seperti mati.
Saat itu aku benar-benar melayang. Pacarku mendapat beberapa kiriman putaw dari uang hasil merampok rekeningku. Kami benar-benar pesta dan inilah pesta yang sesungguhnya. Kali ini bukan hanya kami berdua tapi beberapa orang gila lainnya. Aku bahagia, menari-nari dalam mimpi. Jarum suntik yang tertanam di lengan tidak terasa apapun. Asap-asap yang melayang memenuhi kamar kost mengiringiku pada mimpi, khayalan dan akupun tertidur.
Aku meringkuk dipojok kamar yang sumpek. Aku benci matahari pagi. Sinar yang masuk melalui jendela kamar menusuk-nusuk dan mencabik-cabik tubuhku. Perut yang semalaman belum terisi sekarang terasa mual. Aku ingin muntah! Mengeluarkan seluruh isi perutku. Dengan langkah gontai dan mata menyipit aku berjalan menuju kasur tanpa seprai yang tergeletak di lantai. Pagi itu aku ingin mati! Aku sudah tidak kuat lagi! Jangan! Aku jangan mati dulu sebelum aku tersadar.
Aku terbangun, selang infuse terlilit di lengan kiriku, aku lemas sekali, tulang-tulangku sakit. Aku butuh udara, sesak di dada. Sekarang pacarku yang mati. Kenapa bukan aku saja yang mati? Akupun sudah lelah. Aku tidak pantas untuk hidup. Aku malu pada kakak , orangtuaku dan pastinya Tuhanku. Percuma bukan bila aku terus hidup? Tidak ada teman untuk berbagi, mereka semua mati! Aku takut merasakan sakau yang sakit luar biasa. Aku takut!
Tengah malam aku menjerit-jerit seperti orang gila. Semua badanku sakit. Tulang-tulangku remuk. Mataku terus berair. Hidungku perih. Kepalaku terasa berat dan sepertinya mau pecah. Aku muntah. Aku mulai susah menarik nafas, dadaku terlalu sakit. Aku meronta-ronta, melempar barang apapun di dekatku. Aku tidak segan lagi untuk melukai diri sendiri. Menyilet pergelangan tangan dan menghisap darah sendiri. Bahkan beberapa kali aku pernah meminum darah haid aku sendiri. Jijik. Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku tidak dapat berpikir dengan jernih, yang aku lakukan saat itu hanya berusaha agar tidak merasakan sakit dan sedikit untuk bertahan hidup.
Aku sudah merasakan sakitnya sakau, ternyata hampir saja merenggut paksa nyawaku, benar-benar terasa mau mati. Sakitnya sakau tidak sebanding dengan sakitnya hati ini. Kesepian tanpa siapapun, bahkan kedua orangtuaku. Mereka tidak pernah menganggap aku lagi. Aku tak berteman dengan siapapun kecuali mereka yang sama seperti aku, mereka yang mengabdikan diri untuk merawat kami hanya itu teman-temanku. Ah, sudah cukup, aku perlu konsentrasi untuk diriku sendiri, tanpa mereka orangtua aku bisa bertahan. Menyusun kembali impian-impianku yang dulu hancur. Kusatukan dengan hati-hati. Aku lelah berdiam diri, meratapi yang telah terjadi. Aku ingin berubah, dan aku harus berubah!
Hari-hari aku habiskan di tempat rehabilitasi. Menceritakan tiap kisahku kepada orang banyak melalui tulisan. Kutitipkan setiap lembar kepada petugas yang menjaga di panti rehabilitasi. Dia tertarik dengan semua tulisanku, tanpa aku minta dia yang mengirimkan karya-karyaku ke majalah. Aku si ex-user yang penuh khayalan, penuh cerita, penuh impian dan harapan. Aku mengajak setiap orang di luar sana untuk menghargai hidup yang ternyata terlalu indah untuk disia-siakan. Aku tidak berani keluar dari tempat ini. Aku takut dan teramat malu untuk bermasyarakat. Hukuman masyarakat adalah hukuman paling berat untukku. Dan mereka pasti akan menganggapku sampah. Karena itu hanya menulis yang biasa aku lakukan, mencoba menghilangkan rasa ketakutanku.
Terus dan terus berlangsung selama empat tahun. Godaan yang besar masih membayangiku. Apalagi saat bertemu dengan sahabat lamaku yang belum berubah. Sesekali aku berkunjung dan mengajaknya untuk “sembuh”. Tapi yang sering aku dapat hanya hinaan dan caci maki. Aku dianggap tidak setia kawan, aku dianggap pengkhianat dan mereka semua memusuhiku.
Aku terdiam berpikir sejenak. Aku mulai melakukan pendekatan dengan cara halus dan berakhir nol sampai dengan cara kasar. Aku menjebak mereka. Hasil yang aku dapatkan tidak berlangsung lama, mereka kabur dari panti rehabilitasi yang dulu “menyembuhkanku” dan sudah pasti mereka memusuhiku. Aku putus asa, tapi aku tidak menyerah sampai disini.
Cara lain yang mulai aku lakukan dengan memberikan buku berisi cerita-cerita tentang aku dan teman-teman yang dulu sama seperti mereka dan akhirnya sembuh. Jelas mereka menolak mana pernah junkie gemar membaca. Aku yang bodoh, mana pernah dulu aku juga senang membaca. Aku berpikir keras dan kini aku menunggu saja keinginan mereka untuk sembuh. Tapi tidak mungkin. Sedikit sekali dari mereka yang ingin sembuh. Lalu aku mencoba membuat film documenter dan memutarkannya kepada mereka, memberitahukan dampak negatif yang ditimbulkan.
Akhirnya mereka menciut. Mereka takut mati dan sama seperti aku, mereka takut merasakan sakau. Bola yang kulempar mendapat sambutan. Keinginan mereka untuk berubah mulai terlihat perlahan-lahan. Pendekatan melalui agama, sosial, aku dan teman-teman lakukan. Mereka mulai tahu, bahwa selama ini mereka salah.
Hampir satu tahun belakangan ini teman-temanku mulai ikut berubah. Aku belum bisa tersenyum puas. Karena aku tahu, bukan hanya mereka saja, masih banyak yang membutuhkan pertolongan aku dan teman-teman. Seharusnya orang-orang yang “salah” seperti mereka tidak dijebloskan ke dalam penjara. Karena bukannya mereka menjadi sembuh justru akan bertambah parah. Seperti yang aku tahu dan kita semua tahu bukan rahasia lagi seperti apa di dalam penjara itu. Kecewa aku benar-benar kecewa dengan apa yang terjadi.
Aku menarik nafas panjang. Bukan lagi pertanda lelah seperti dulu, justru aku merasa kurang dan kurang melakukan yang terbaik. Tapi mungkin Tuhan akan beri kesempatan lebih lama lagi.
Aku berdiri di terik panas matahari. Matahari yang pernah aku benci dulu. Bersama teman-teman yang dalam tahap penyembuhan aku membuat kembali film documenter. Aku tidak hanya diam menjadi penulis, sekarang aku mencoba menjadi sutradara meskipun hanya film documenter yang cuma ditayangkan saat seminar-seminar tentang narkoba dan bahaya-bahayanya. Aku berharap ini dapat berguna bagi mereka.
Dia terkapar lemas diatas tempat tidur. Lemas sekali. Badannya benar-benar kurus, daya tahan tubuhnya menurun. Dia bukan junkie lagi. Dia hanya sakit dan mungkin kali ini dia akan benar-benar mati. Sahabat yang selalu bersamaku, kini tekena AIDS. Entah dari siapa, dia sendiripun lupa.
Aku menyesal karena aku tersadar lebih lama dari yang aku inginkan. Seandainya aku bisa sembuh lebih cepat, mungkin saja aku bisa lebih cepat juga membantu orang lain untuk sembuh. Aku tidak terlalu banyak bicara dan sekarang saatnya bekerja. Biar mereka teman-temanku yang baru menggantikannya. Dia semakin terkapar dan tidak berdaya. Sampai tiba waktunya dia mati. Aku menangis. Baru kali ini aku menangis saat kehilangan. Aku benar-benar menyesal telah gagal meyelamatkan satu nyawa lagi. Tapi aku berdoa dan memohon semoga benar saja Tuhan memberikan aku kesempatan.
Aku terduduk di bangku, melihat sekelilingku. Mungkin tiba saatnya nanti akupun akan mati. Tapi yang jelas setelah aku membantu mereka, orang yang masih membutuhkanku, orang yang masih mempunyai banyak mimpi tapi tidak tahu harus kemana, orang yang membutuhkan teman dan aku ada untuk mereka. Menghilangkan semua rasa ketakutan selama ini. Mengembalikan hari-hari indah yang telah hilang. Aku ada untuk mereka.
****

Sabtu, 16 April 2011

Artikel : Memilih dan Merangkai Kata, Sulitkah?

by : Hasfa Publisher on Saturday, April 16, 2011 at 5:09 pm

Sumber :

Note Hasfa Publisher dari (I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Diskusi Fiksi. Menulis Fiksi. Membaca Fiksi. (Universal Nikko+MayokO aikO) ---> Documen.

“Seorang penulis mengatakan bahwa menulis itu perlu kecermatan, harus pandai memilih kata untuk menyampaikan maksud, juga pandai merangkaikannya sehingga menjadi kalimat yang efektif. Aku mengerti, tetapi bagaimana melakukannya?”

Pada artikel sebelumnya pembicaraan kita telah sampai pada persoalan kerangka karangan atau outline. Kini kita masuk sedikit ke materi yang lebih spesifik, yakni bagaimana memilih kata-kata yang tepat untuk mewakili suatu maksud dan bagaimana pula merangkaikannya sehingga menjadi sebuah kalimat yang benar-benar efektif. Sebuah artikel menjadi media bagi penulis untuk menyampaikan ide atau maksud secara tepat seperti apa yang dikehendakinya.

Contoh sederhana adalah yang berkenaan dengan perolehan hasil ujian dua orang mahasiswa berikut ini. Mahasiswa A mendapatkan nilai ujian esai 95 sedangkan B memperoleh 65, walaupun kedua-duanya belajar bersama dan mempunyai tingkat kemampuan penyerapan materi kuliah kurang-lebih sama. Karena si A memiliki keterampilan menulis secara efektif, maka ia mampu secara jernih menuangkan jawaban tertulis ke atas kertas. Si B tidak terlatih menulis, sehingga ia mengalami kesulitan mengurai jawaban dengan paripurna yang sebenarnya sudah dimilikinya. Persoalan terjadi ketika si B hendak menuangkan ide-idenya ke atas kertas. Hambatan keterbatasan perbendaharaan kata menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Dengan ilustrasi di atas, jelaslah betapa kemampuan berbahasa tulis itu penting untuk menyampaikan maksud atau gagasan ke atas kertas. Tanpa kemampuan berbahasa tulis dengan baik, belum tentu seabreg ide yang dimiliki dapat dituangkan dengan sepenuh-penuhnya. Kendati pun berhasil juga dituangkan, belum tentu pula apa yang dituliskan itu tepat dengan maksud si penulisnya.

Berkenaan dengan pemilihan kata dan pembentukan kalimat dalam bahasa tulis, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:

1. Pilihlah kata yang tepat dengan konteksnya. Setiap kata memiliki nuansa maknanya tersendiri. Perhatikan kata-kata ini: melihat, memperhatikan, mencermati, mengamati, dan menyelidiki. Mana yang akan kita pilih di antara sejumlah kata yang mirip artinya itu? Ingatlah, setiap kata memilihi nuansa maknanya tersendiri. Jadi, kita mesti cermat memilih.

2. Pilihlah kata yang kontributif dan aktif. Jangan menggunakan kata-kata yang sekadar hadir dan tidak memberikan kontribusi dalam membangun makna. Pilihlah kata kerja aktif, kurangi kata kerja pasif. Pakailah lebih banyak kata-kata yang berawalan ‘me’ dibanding yang berawalan ‘di’.

3. Buatlah variasi kata. Kita bisa menerapkan kata yang berbeda tetapi bermakna sama. Misalnya, kata ‘bisa’ sekali waktu diganti dengan ‘dapat’. Kata ‘mungkin’ diselingi kata ‘barangkali’, kata ’supaya’ dapat diganti dengan ‘agar’, dan seterusnya. Kata-kata yang monoton hanya akan membosankan pembaca.

4. Pilihlah kata yang mudah dipahami. Jika ada pilihan kata yang lebih sederhana dan dengan mudah dipahami pembaca, maka pilihlah kata-kata itu. Hindari pilihan yang mengakibatkan pembaca mengerutkan kening atau yang memiliki kemungkinan interpretasi ganda.

5. Terapkan ekonomisasi kata. Artinya, jangan pernah meletakkan sebuah kata tanpa fungsi. Setiap kata yang dirangkai menjadi kalimat hendaknya berfungsi dengan jelas dan pasti. Tes kehadiran kata itu dengan mencoba mencoretnya dari kalimat. Jika kalimat menjadi terganggu tanpa kehadiran kata dimaksud, berarti memang kata tersebut sudah selayaknya dipasang di situ. Jika dengan pencoretan itu, ide yang disampaikan tidak terganggu, maka jangan dipasang lagi di situ. Buang saja.

6. Perluas perbendaharaan kata. Kian banyak kosa kata yang dimiliki penulis, kian meningkat juga kemampuannya mengekspresikan ide-idenya ke dalam bahasa tulis.

Walau pun demikian ‘teori’-nya, para calon penulis tidak perlu khawatir. Saya pun praktik menulis sambil belajar teori menulis. Sekali waktu salah tidak mengapa, tetapi kalau kesalahan yang sama terus berulang, maka perlu upaya pembenahan. Resepnya: menulis dan menulislah terus. Di sela-sela aktivitas menulis, jangan lupa buka-buka kamus dan buku petunjuk bagaimana menggunakan bahasa tulis dengan baik dan benar. Tidak ada yang demikian sulit, kecuali kita emoh belajar.

(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Video and Lyrics : Tompi - Aku Jatuh Cinta



Hari ini aku telah jatuh cinta
Tak kan mampu aku menyangkalnya
Jatuh cinta kepadamu
Sosok yang sering menjengkelkan aku
Sering menggangguku
Kau permainkan rasa hatiku
Namun kini aku berbalik
Jatuh cinta dan bernyanyi

Reff:
Aku jatuh cinta kepada dirimu
Orang yang tak pernah ku bayangkan
Tak pernah ku mimpikan
Untuk bisa menjadi pacarku

Malam ini aku berniat
Untuk mengatakan rasa cintaku
Semoga tanganku berjodoh
Untuk bertepuk dengan cintamu

Back to Reff:
Jadi pacarku… jadi pacarku
Back to Reff: 2x

Jumat, 15 April 2011

Video and Lyrics : NAIF - Karena Kamu Cuma Satu (Official Music Video)





Kau yang paling setia, kau yang teristimewa
kau yang aku cinta, cuma engkau saja
dari semua pria aku yang juara
dari semua wanita kau yang paling sejiwa

Denganmu semua air mata menjadi tawa suka ria
akankah kau selalu ada menemani dalam suka duka
denganmu aku bahagia, denganmu semua ceria
janganlah kau berpaling dariku karena kamu cuma satu untukku

Kau satu-satunya dan tak ada dua
apalagi tiga, cuma engkau saja

Denganmu semua air mata menjadi tawa suka ria
akankah kau selalu ada menemani dalam suka duka
denganmu aku bahagia, denganmu semua ceria
janganlah kau berpaling dariku karena kamu cuma satu untukku

Kau satu-satunya dan tak ada dua
apalagi tiga, cuma engkau saja
dari semua pria aku yang juara (aku yang juara)
dari semua wanita kau yang paling sejiwa

Denganmu semua air mata menjadi tawa suka ria
akankah kau selalu ada menemani dalam suka duka
denganmu aku bahagia, denganmu semua ceria
janganlah kau berpaling dariku karena kamu cuma satu untukku
untukku (4x)